Laman

Rabu, 10 November 2010

Tayangan Uya Emang Kuya SCTV Kena Semprit

TEMPO Interaktif, Semarang - Setelah melakukan pemantauan sejak September hingga Oktober 2010, Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jawa Tengah memutuskan untuk menegur tayangan Uya Emang Kuya yang ditayangkan stasiun swasta nasional SCTV.

Kepala Divisi Pengawasan Isi Siaran KPID Jawa Tengah Zainal Abidin Petir menilai, tayangan tersebut sama sekali tidak ada nilai pendidikannya. "Malahan, tayangan ini mengumbar perselingkuhan masa pacaran, membuka aib, maupun privasi seseorang," kata Zainal, Selasa (26/10).

Tayangan seperti itu melanggar Peraturan KPI No 03 Tahun 2009 tentang Standar Program Siaran (SPS). Zainal mengaku sulit menemukan nilai edukasi dalam acara yang tayangan tiap sore hari menjelang petang tersebut. Justru, kata dia, acara tersebut mengumbar aib dan mengungkap unek-unek percintaan/ pacaran yang tidak sehat.

Zainal menyatakan jika tidak ada manfatnya maka acara seperti itu lebih baik diganti saja. KPID mengundang pihak SCTV untuk datang ke KPID pada Jumat (29/10) depan. . "Kami minta SCTV klarifikasi".

Selain SCTV, KPID Jawa Tengah juga menegur dua stasiun televisi nasional lain, yakni Indosiar dan Trans TV. Stasiun Indosiar dinilai melakukan pelanggaran jam tayang iklan obat kuat dan pelibatan profesi dokter.

Stasiun televisi Indosiar menayangkan iklan pariwara obat kuat/vitalitas pada acara Info Niaga sekitar pukul 07.30. Padahal, mestinya tayang pukul 22.00-03.00. Ditambah lagi kesalahan fatal ada pernyataan seorang dokter yang terkesan menganjurkan untuk mengonsumsi jamu/obat tersebut secara teratur setiap hari untuk menjaga keharmonisan suami istri padahal ketentuanya tidak diperbolehkan. “Masak pingin keluarga harmonis cukup dengan pil atau obat, yang bener aja,” kata Zainalnya.

Adapun pelanggaran Trans 7 adalah penayangan acara Bukan Empat Mata, yakni adanya kata-kata “dengkulmu mlocot” yang keluar dari host Tukul Arawana. Kata-kata yang selalu diulang Tukul tersebut dinilai tidak sopan dan vulgar bagai masyarakat Jawa Tengah.

KPID juga menegur stasiun televisi swasta lokal di Semarang, Cakra Semarang TV.
Cakra dinilai melanggar norma kesopanan dan kesusilaan serta mengeksploitasi bagian-bagian tubuh wanita dalam acara Dangdut Goyang Senggol yang tayang sekitar pukul 22.00.

Zainal menyatakan penyanyi bergoyang sangat vulgar dan erotis. Bahkan pantat nungging sampai roknya nyingkap serta adegan seronok penyanyi laki-laki, .

Sumber : Tempo Interaktif
http://www.tempointeraktif.com/hg/pendidikan/2010/10/26/brk,20101026-287332,id.html
Jumat, 05 November 2010

Fakta Kebohongan Ponimin Tentang Kisah Heroiknya

Fakta Kebohongan Ponimin Tentang Kisah Heroiknya : Kisah heroik keluarga Ponimin (49) yang selamat dari wedhus gembel (Selasa, 26/10/10) ternyata hanya rekaan dari Ponimin saja, hanya demi kepentingan pribadi. Ponimin menceritakan kisah yang cukup dramatis atau bisa di bilang lebay plus dibumbui hal-hal berbau supranatural, seputar rahasia penyelamatan suami istri beserta lima anak cucunya ketika Merapi murka, Selasa (26/10) lalu.
Pejabat dan Anggota DPR Minta Dibantu Ponimin

Ny Yati (42), istri Ponimin pun sempat mengisahkan, berbekal Alquran, mukena, dan bantal akhirnya mereka bisa lolos dari maut setelah dikurung awan panas selama hampir delapan jam.
Kisah yang diceritakan Ponimin dan istrinya barangkali benar. Tapi, kurang lengkap karena ketika Ny Yati nerupaya keluar dari kepungan debu panas yang mengelilingi rumahnya ia digendong seorang relawan. Itulah rahasia di balik keselamatan Ny Yati hingga tak terluka sedikit pun meski telapak dan bokong suaminya melepuh terbakar.

Secara ilmiah, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Dr Surono pun menjelaskan. Posisi rumah Ponimin memang berada di bawah sebuah gundukan sehingga awan panas yang meluncur sempat terpecah oleh Sabo Dam Kaliadem di atas bibir Kali Gendol. ”Karena itu, hawa panas yang mereka rasakan hanya efek. Bukan yang pokok,” tutur Dr. Surono.
Keselamatan Ponimin sekeluarga juga tidak terlepas dari jasa seorang relawan muda, Pandu Bayu Nugraha (20), warga Wonogondang, Kaliurang, Sleman. Pemuda yang memiliki postur tubuh cukup gemuk itu hingga kini masih harus berjingkat-jingkat saat berjalan karena pergelangan kaki dan tumitnya masih melepuh dan terasa perih. Beruntung, hatinya pemuda tersebut, Pandu, tidak ikut perih karena perjuangannya melawan lumpur panas demi menyelamatkan keluarga Ponimin, seakan menjadi tiada berarti dibandingkan kisah mistik yang muncul sebagai efek dari ’kesaktian’ keluarga itu.
”Tidak. Saya justru tak acuh mendengar pemberitaan gencar soal Ponimin. Saya tidak kenal dekat. Saya juga tidak bisa menyalahkan karena dalam kondisi seperti itu, semua orang punya kepentingan. Barangkali saya pun punya kepentingan,” ujarnya Pandu sambil tersenyum. Tidak berniat untuk mengungkit jasa-jasanya, Pandu pun sedikit malas ketika diminta menuturkan kisahnya menyelematkan keluarga Ponimin saat itu.
”Ketika itu saya sudah berada di Posko Umbulharjo.

Saya mendapat kabar kalau masih ada keluarga yang terjebak di Kaliadem dan membutuhkan pertolongan segera. Tanpa pikir panjang, saya bersama teman membawa dua tabung oksigen ke atas. Sayang, motor kawan saya tidak kuat naik, sedangkan saya bisa mencapai Kinahrejo,” cerita Pandu.

Waktu itu sekitar pukul 22.00 WIB. Motor trailnya pun ikut keok. Dia segera meninggalkan motor itu dan berlari menuju Kaliadem. Pemuda yang memang sudah mengenal medan itu yakin bisa masuk ke lokasi karena sudah ada kawannya yang mendahului. Sekitar pukul 23.30 WIB, dia berhasil mencapai Kaliadem. Sepatu boot yang ia kenakan sudah mulai meleleh karena panas. Namun, seperti punya kekuatan cadangan, Pandu berhasil menemukan keluarga itu. ”Waktu saya sampai ke sana, mereka sudah berjejer di teras dan berteriak-teriak. Di sana juga sudah ada orang lain di luar anggota keluarga Ponimin. Maka saya bergabung dengan keluarga itu menelusuri pasir panas,” kenangnya.
Ia membenarkan ketika itu mereka berjalan di atas bantal dan sajadah yang disusun secara estafet, sambil menggendong Ny Yati. ”Yakin, saya menggendong seorang perempuan paruh baya. Alasannya, perempuan itu memakai sepatu berhak tinggi, jadi sangat tidak mungkin berjalan di atas bantal yang jelas-jelas empuk,” ujar Pandu. (Wakss… Nyelametin diri kok pakai hak tinggi ya ??)

Mereka bersembilan akhirnya mampu berjalan perlahan sekitar 500 meter hingga ke ujung jalan beraspal. Sesampai di wilayah yang lumayan dingin, rombongan itu lantas bertemu dengan tim evakuasi menggunakan mobil bak terbuka. Begitulah kronologi kisah SESUNGGUHNYA penyelamatan itu. Pandu juga mengatakan, banyak saksi mata di antaranya Indrianto (27), kawannya yang lebih dulu menyelamatkan tiga orang lainnya.





sumber :http://dunia-panas.blogspot.com/2010/11/fakta-kebohongan-ponimin-tentang-kisah.html
 

About Me

Official Blogspot "PASOR"
Lihat profil lengkapku

Teman Blog

Copyright By PASOR Community with. Diberdayakan oleh Blogger.

Mau Update Status via BlackBerry???

Login dulu fb mu..dan update kan disini....
Presented by Pasor Community

Label

Pengikut

Kuliner Indonesia

Kompas Nasional

Beasiswa dan Lowongan

TV One News